JANGAN MENYERAH JIKA BERBICARA TENTANG MENUNTUT ILMU

BAGI AKU ILMU PENGETAHUAN ADALAH SEGALA-GALANYA DI BANDINGKAN DENGAN HARTA BENDA..!

Kamis, 25 Februari 2010

Antromometri dan dampak terhadap kelahiran bayi

Disamping dampak social ekonomi dan karakteristik lingkungan yang ditimbulkan oleh ibu, terdapat minat yang semakin meningkat dalam penggunaan pengukuran antropometri ibu sebagai sebuah cara untuk memperkirakan berat lahir. Komponen penting dari status gizi ibu yang memiliki dampak signifikan terhadap hasil kehamilan adalah keseimbangan energi, yang tercerminkan dalam ukuran simpanan tubuh. Penilaian antropometris status gizi sangat bermanfaat karena dapat memberikan informasi tentang simpanan lemak serta aspek-aspek lain dari ukuran tubuh ibu dan komposisi yang mempengaruhi dampak kehamilan. Penilaian status gizi bergantung pada pengukuran tinggi, berat prahamil (PPW), berat badan saat hamil pada trimester yang berbeda, pertambahan berat badan selama kehamilan, ketebalan lipatan kulit dan lingkar tungkai. Beberapa tolak ukur mencerminkan status gizi seorang wanita atau simpanan energi ketika dia mulai hamil (tinggi, PPW), sedangkan yang lainnya mencerminkan perubahan status gizi selama berlangsungnya kehamilan (ketebalan lipatan kulit, lingkar tungkai, PWG, bobot saat hamil). Tolak ukur yang terakhir ini dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan simpanan energi ibu, perkembagan jaringan reproduksi maternal, volume darah yang meningkat dan cairan ekstra selular dan pertumbuhan janin. Ukuran ibu telah diketahui terkait dengan berat lahir bayi.
Pengukuran berat badan ibu sebelum lahir digunakan untuk menilai risiko awal terjadinya dampak yang buruk terhadap kehamilan, juga digunakan untuk menentukan rekomendasi penambahan berat badan yang sesuai untuk wanita dengan status risiko yang berbeda, dan untuk mentargetkan intervensi intervensi gizi bagi mereka yang paling membutuhkan. Berat badan pra-hamil dan pertambahan berat selama kehamilan pada umumnya memiliki pengaruh positif terhadap berat lahir bayi. Kombinasi berat badan pra-hamil rendah dengan pertambahan berat rendah selama kehamilan dapat meningkatkan risiko berat lahir rendah, dan mortalitas perinatal, neonatal, dan mortalitas bayi. Idealnya, berat badan sebelum kehamilan harus diukur sebelum wanita tersebut didiagnosa hamil. Akan tetapi, ini sangat sulit, khususnya di Negara-negara berkembang.
Beberapa penelitian telah menunjukkan berat badan sebelum hamil sebagai penentu signifikan untuk berat lahir baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kramer (1987), dalam meta-analisisnya, menemukan efek sebab akibat dari berat badan sebelum hamil terhadap keterlambatan pertumbuhan intrauterin. Taffel (1980) melaporkan bahwa wanita di Amerika Serikat yang memiliki berat badan kurang dari 51 kilogram sebelum kehamilan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dibanding para ibu yang lebih berat dari berat badan normal.

Selasa, 23 Februari 2010

Psikologi Olahraga

A. LATAR BELAKANG
Teori kesatuan psiko-fisik atau teori psiko-fisik totalitas berkembang karena para ahli menyadari bahwa oranq yang keadaan kejiwaannya mengalami gangguan, karena rasa susah, gelisah atau ragu-ragu menghadapi sesuatu, ternyata mempengaruhi kondisi fisiknya. Akibat rasa susah dan gelisah menghadapi masa depan, seseorang kurang dapat tidur nyenyak, sehingga akhirnya mempengaruhi tingkahlaku dan penampilan¬nya. Sebaliknya keadaan fisik yang kurang sehat, karena sedang sakit, sesudah mengalami kecelakaan dan cidera, juga dapat mempengaruhi kejiwaan individu yang bersangkutan; kurang dapat memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, kurang dapat berfikir dengan tenang, kurang dapat berfikir dengan cepat, dsb-nya.
Sejak lebih kurang setengah abad yang lalu adanya hubungan timbal-balik an¬tara jiwa dan raga, atau antara gejala fisik dan psikik, telah menjadi bahan pembahasan para ahli psikologi. Ronge (1951) menyebutkan manusia sebagai suatu organisme, yang mengikuti hukum-hukum biologi, hukum-hukum dalam pikir, rasa keadilan, dsb. Perasaan atau emosi memegang peranan penting dalam hidup manusia. Semua ge-jala emosional seperti: rasa takut, marah, cemas, stress, penuh harap, rasa senang dsb, dapat mempengaruhi perubahan-perubahan kondisi fisik seseorang. Perasaan atau emosi dapat memberi pengaruh-pengaruh fisiologik seperti: ketegangan otot, denyut jantung, peredaran darah, pernafasan, berfungsinya kelenjar-kelenjar hormon tertentu.
Sehubungan itu semua maka jelaslah bahwa gejala psikik akan mempengaruhi penampilan dan prestasi atlet. Dalam hubungan ini pengaruh gangguan emosional perlu diperhatikan, karena gangguan emosional dapat mempengaruhi "psychological stability" atau keseimbangan psikik secara keseluruhan, dan ini berakibat besar terhadap pencapatan prestasi atlet.